Peningkatan Good Agricultural Practices dan Traceability Produk Gula Kelapa Kristal Melalui Internal Control System
Kawasan BARLINGMASCAKEB (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan
Kebumen) merupakan sentra gula kelapa yang terkenal tingkat kemanisannya hingga ke
pelosok negeri bahkan mancanegara. Orang sering menyebutnya sebagai gula jawa, karena
sentranya di jawa. Dinas Perkebunan se-BARLINGMASCAKEB tahun 2008 telah mencatat
informasi mengenai jumlah petani gula kelapa yang tersebar di 5 kabupaten, antara lain: 28.265
petani Banyumas, 22.236 petani Cilacap, 16.197 petani Purbalingga, 9.395 petani
Banjarnegara, dan 8.422 petani Kebumen. Mendasarkan informasi tersebut, sejak tahun 1992,
LPPSLH (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup)
menangkap peluang untuk mengembangkan produksi gula kelapa.
Berawal dari proyek yang dibiayai oleh HIVOS Asia Tenggara untuk pengembangan petani gula
kelapa di Banyumas, maka dibentuklah kelompok-kelompok petani gula kelapa hingga lahirnya
Koperasi Nira Satria pada tahun 2009. Koperasi Nira Satria berlokasi di Desa Rancamaya,
Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas menjadi pelopor lahirnya koperasi-koperasi lain
yaitu Koperasi Nira Perwira yang berlokasi di Desa Candinata, Kecamatan Kutasari, Kabupaten
Purbalingga dan Koperasi Nira Kamukten yang berlokasi di desa Gumelem Wetan, Kecamatan
Susukan, Kabupaten Banjarnegara. Seluruh pengurus dan anggota koperasi ini adalah
Penyadap Nira Kelapa, bahasa lokalnya adalah penderes. Prinsip koperasi tidak memutus
rantai perdagangan, yaitu dengan mengajak pengepul untuk berjuang bersama.
Sejak pertengahan September 2012 hingga Januari 2015, saya ikut diberi amanah dari
LPPSLH untuk mendampingi para petani gula kelapa bersama rekan-rekan saya di Kabupaten
Purbalingga. Menurut pemetaan wilayah dan assesmen kami, ada 4 desa yang kami pilih untuk
pilot project yaitu Desa Candinata dan Desa Karangcegak (Kecamatan Kutasari), Desa
Bumisari (Kecamatan Bojongsari), dan Desa Binangun (Kecamatan Mrebet). Sejak saya
sebagai relawan magang hingga sebagai staff lapangan, saya melihat perubahan nyata dari
para petani gula kelapa. Ketidakpercayaan para petani tentang suatu perubahan nyata itu
masih banyak. Mereka ragu akan perubahan itu, apalagi dengan memulai usaha gula kelapa
kristal karena mereka masih terikat hutang kepada para pengepul. Namun, setelah dibentuk
kelompok petani gula kelapa, kami mengajak studi banding kewirausahaan ke Koperasi Nira
Satria, akhirnya mereka mampu untuk bermimpi lebih tinggi.
Produksi gula kelapa kristal dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan meningkatnya
kesejahteraan petani gula kelapa kristal dalam memenuhi kebutuhan gizi, sandang, perbaikan
rumah, pendidikan, bahkan tabungan masa depan. Peran tim pengontrol kualitas gula kelapa
dari kebun, produksi, hingga pemasaran sangat dibutuhkan. Kami menyebutnya Internal
Control System (ICS) yang merupakan bagian dari kelompok atau koperasi itu sendiri. Tugas
ICS adalah mendata kebun,, produksi, dan pemasaran dari setiap petani. Penjualan produk
gula kelapa kristal hingga mancanegara, antara lain: Italia, Malaysia, Singapura, Amerika
Serikat, dan lainnya tak terlepas dari pentingnya peran ICS.
Keuntungan lain dengan adanya ICS yaitu ketika ada proses sertifikasi organik yang diadakan
oleh PT Peterson Control Union Belanda terasa lebih mudah. Para petani lebih
mengedepankan GAP (Good Agricultural Practices) dan Traceability dalam rangkaian produksi
gula kelapa kristal. Pemberian upah untuk ICS dari kelompok atau koperasi itu sendiri dengan
perhitungan margin yang transparan. Semoga dengan adanya ICS mampu menjadi pelopor
perdagangan di bidang pertanian yang transparan, adil, dan terpercaya.
Komentar