Hubungan Keluarga Harmonis Membuat Kualitas Gula Kelapa Kristal Jadi Inovasi Daerah Purbalingga Menuju Diversifikasi Pangan Lokal.





Hubungan Keluarga Harmonis Membuat Kualitas Gula Kelapa Kristal Jadi Inovasi Daerah Purbalingga Menuju Diversifikasi Pangan Lokal.






Purbalingga merupakan kabupaten agraris terletak di propinsi Jawa Tengah yang menempatkan lebih dari 50% adalah petani. 50% petani diantaranya merupakan petani gula kelapa. Diperindagkop Purbalingga tahun 2013 telah mencatat 18.196 unit usaha dan 42.000 pelaku usaha. 30.000 ton/tahun dengan memberikan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto sejumlah 300 Milyar/tahun.
Gula kelapa cetak Purbalingga memasok bahan baku untuk industri makanan khas Purbalingga dan Banyumas yaitu Gethuk Goreng, Nopia, Jenang Jaket, dan Mino. Kualitas gula kelapa tiap rumah tangga berbeda membuat harga jual berbeda-beda pula. Ada gula kualitas baik dan gula kualitas buruk yang biasa disebut “Gula Gemblung”. Gula gemblung menyebabkan harga 50% dibawah harga normal. Selain itu, produksi nira kelapa juga tak signifikan. Atas dasar alasan inilah, LPPSLH Purwokerto melakukan pendampingan petani guna meningkatkan kesejahteraan petani melalui diversifikasi produk yaitu gula kelapa kristal.
Gula kelapa kristal sedang menjadi incaran dan permintaan asing demi memenuhi kebutuhan warganya dan ternyata pasar belum mampu memenuhinya. Turki, Arab Saudi, Singapura, Italia, Amerika Serikat, dan negara-negara lainnya sedang mengincar produk dari Indonesia. Banyumas tahun 2015 telah mampu memenuhi kualitas pasar sejumlah 100 ton/bulan, sedangkan Purbalingga baru mampu 25 ton/bulan. Harga gula kelapa cetak di tingkat petani saat ini Rp 13.000,00/kg, sedangkan harga gula kelapa kristal Rp 17.000,00/kg. Perbandingan harga yang signifikan membuat petani lebih menyukai gula kelapa kristal. Apalagi ditunjang dengan permintaan pasar yang semakin meningkat.
Penguatan petani beserta kelembagaannya telah membuktikan kualitas gula kelapa semakin bagus. Kerjasama suami dan isteri menjadi ujung tombak peningkatan produksi gula kelapa kristal. Seperti halnya dengan Bapak Riswono dan Bu Raniah asal Desa Candinata yang sangat harmonis setiap harinya. Kualitas gula keluarga ini tak diragukan lagi dan selalu memasuki kualitas terbaik. Bapak Riswono selalu tepat waktu menyadap nira kelapa pagi dan sore hari, dan Bu Raniah selalu menyiapkan peralatan memasak nira sebelum nira kelapa datang. Mereka mampu menyisihkan uang hasil jualan gula kelapa kristal untuk ditabung demi pendidikan kedua anaknya. Akhirnya mereka menjadi Pilot Project hubungan rumah tangga yang harmonis menjadikan kualitas gula kelapa kristal semakin baik. Berkat kegigihan suami isteri tersebut, mereka sering diundang pada kegiatan di kabupaten Purbalingga dan telah mendapatkan bantuan berupa peralatan membuat gula kelapa kristal dan dapur sehat.
Pendampingan petani dari LPPSLH Purwokerto selama 2 tahun telah memberikan perubahan yang signifikan terhadap kehidupan petani disana. Walaupun tahun ini sudah tidak didampingi lagi, tetapi semangat perjuangan untuk hidup lebih baik masih berkobar diantara semangat para petani gula kelapa. Dahulu mereka menjual dan menebang pohon kelapa untuk dijadikan bahan bakar, sekarang mereka malah merawat pohon kelapa, bahkan membeli pohon dari juragan disana untuk disadap niranya. Generasi muda petani gula kelapa kristal semakin bertambah. Bahkan para pemuda yang dahulu kerja di kota, beberapa pemuda sudah kembali ke desa dan menjadi petani gula kelapa kristal atau menjadi pelaku bisnis usaha gula kelapa kristal. 
Sedikit perubahan kecil di masyarakat, akan membuat perubahan besar di Indonesia. Sinergisasi antara petani, pelaku usaha, dan pemerintah akan mewujudkan rantai pasokan pangan yang sehat. Andai saja generasi muda Indonesia mau terjun ke desa secara serius, maka dapat dipastikan Indonesia tak kekurangan sumber pangan sehat. Mari menyediakan pengan sehat dan aman bagi negara kita.

Komentar

Postingan Populer