Manisnya Gula Kelapa Kian Terasa
2 tahun pendampingan LPPSLH
Purwokerto menunjukkan hasil signifikan terhadap perubahan kehidupan petani
gula kelapa di Desa Candinata dan Karangcegak Kecamatan Kutasari, Desa Bumisari
Kecamatan Bojongsari, dan Desa Binangun Kecamatan Mrebet. Ke-4 desa ini menjadi
wilayah dampingan LPPSLH dengan pendampingan intensif dan berkelanjutan. Semua
berkat kerjasama dan keseriusan semua pihak.
Kami telah mendapatkan bantuan 20
paket produksi, 20 paket tungku hemat, 5 paket peralatan produksi, 50 paket
dapur sehat, 5000 pongkor food grade, dan gudang produksi. Bantuan ini melalui
Dinperindagkop dan Dinpertanbunhut Kabupaten Purbalingga. PEMDA antusias dalam
membantu kehidupan para petani gula kelapa dan siap jika ada kebutuhan yang
dibutuhkan.
401 petani gula kelapa telah
lolos uji organik dari Lembaga Control Union Belanda. Mei 2014 telah terbit
sertifikat organik standar EU (Europe
Union) dan Juni 2014 sertifikat organik standar USDA (United Stated Development of Agriculture) dengan nomor registrasi
CU 830618. Sertifikat ini berlaku selama 1 tahun dan akan terus diperbarui. Dan
kami punya sertifikat organik itu.
Setelah terbit sertifikat,
peluang pasar kian terbuka. Banyak perusahaan eksportir mendatangi kami dengan
maksud untuk bekerjasama. Namun, kami belum bisa memenuhi permintaan itu karena
produksi kami masih terbatas untuk 1 perusahaan eksportir di kota tetangga.
Seharusnya ini peluang bagus. Untuk ke depannya kami akan memperbanyak produk
gula kelapa berkualitas.
Petani antusias membuat gula
semut dengan alasan keuntungan lebih banyak dibandingkan dengan gula cetak.
Saat ini harga gula cetak di tingkat petani rerata Rp 7.000,- hingga Rp 7.500,-/kg.
Tentu saja kebanyakan petani beralih ke gula semut. Peluang ini ditangkap kuat
oleh Koperasi Nira Perwira Purbalingga. Apa yang petani butuhkan, koperasi siap
mengatasi permasalahan.
Pepatah “Ada Gula Ada Semut”
sekarang menjadi kenyataan. Semakin banyak petani yang memproduksi gula semut,
semakin banyak “semutnya”. Pemain gula banyak berkeliaran di wilayah kami.
Mereka yang tak membangun dari awal, justru ikut menikmati hasilnya. Seharusnya
pepatah “siapa yang menanam dialah yang menuai” masih berlaku oleh para pebisnis
gula kelapa. Bunyi hukum bisnis,”Dengan Modal Kecil Akan Memperoleh Keuntungan
Yang Sebesar-besarnya” ini sangat digaungkan oleh para pebisnis hingga mencari
jalan pintas.
Jika di analisis SWOT, maka
ancaman kita sedang kuat yaitu banyak pemain gula semut di wilayah yang sama.
Perlu kita ketahui data petani gula kelapa Purbalingga sebanyak 16.197,
Banjarnegara sebanyak 9.395, Banyumas sebanyak 28.265, Cilacap sebanyak 22.236,
dan Kebumen sebanyak 8.422 (Barlingmascakeb, 2008). Masih banyak wilayah yang
belum serius digarap oleh pemerintah maupun swasta. Tangkaplah peluang itu dan
kembangkan. Jangan main serobot wilayah orang.
Dampak positif adanya pemain gula
baru adalah semakin solidnya para pengurus, kelompok, dan stakeholder setempat. Hubungan baik akan terus dijaga oleh Koperasi
Nira Perwira Purbalingga. Bisnis akan maju jika dihadapkan dengan banyak
tantangan. Inovasi akan terus dikembangkan. Suatu saat nanti semua petani gula
kelapa akan benar-benar hidup layak. Harapan kami adalah tetaplah menjaga
kelestarian alam dan mulai hidup sehat dengan organik. Salam semangat dari para
penderes kami!!!
Komentar