TENTANG SEBUAH CITA-CITA
Hujan
begitu derasnya, aku mulai duduk dari balik jendela rumahku. Aku lihat banyak
orang berlalu lalang. Jalanpun menjadi penuh dengan orang-orang yang sibuk. Ada
yang ingin pulang ke rumah karena baju basah kuyub, ada pula yang ingin mencari
kehangatan dengan mencari makanan yang membuat suasana menjadi hangat. Tapi
mataku tertuju pada sosok bapak yang memakai caping dan meletakkan cangkul di
bahunya. Di saat orang-orang ingin melindungi diri dari hujan, namun bapak ini
keluar dan pergi ke sawah.
Aku
mulai mengikuti bapak itu. Diam-diam aku mengambil payung. Dari kejauhan, aku melihat sosok bapak itu
membuka bendungan dan memperbaiki drainase agar air hujan tidak menggenangi
benih-benih muda yang mulai tumbuh. Dari hasil padi itulah, bapak itu
mendapatkan rezeki.
Aku kembali pulang dan
berdiskusi kepada ayah. Ayah, aku mau jawab pertanyaan ayah waktu itu.
“Aku ingin menjadi
penolong petani yah”. Sontak, ayahku langsung kaget. “Mengapa begitu Nak?”,
padahal kamu akan aku kuliahkan ke jurusan Ekonomi nak, biar mengikuti jejak
bapak dan kerja di kantor. Kalau PNS kan terjamin hidupnya Nak. Atau nanti
kerja di Bank saja bagaimana?”.
“Tidak pak. Aku ingin menjadi penolong petani, entah itu
kerja di Dinas Pertanian atau menjadi LSM yang menaungi petani.”, jawabku
tegas.
“Coba pikirkan lagi, apa kata orang jika anakku masuk
jurusan pertanian ya...??”
“Bapak, aku suka dengan alam. Aku tak ingin merusaknya.
Aku juga ingin membantu petani itu. Peduli amat dengan kata orang yah, yang
penting aku bahagia. Orang lain itu siapa? Memangnya dia kasih makan kita, gak
kan???.”
Ayahku mulai terdiam dan berfikir. Dan akhirnya.....
“Iya Nak, bapak setuju nanti kamu masuk jurusan
pertanian. Tapi kuliah yang rajin ya Nak, biar jadi orang sukses”
“Iya yah, terima kasih banyak Ayahku sayang”
Kisah antara ayah dan anak ini
memberiku sebuah hikmah. Si anak sudah berfikir tentang cita-cita mulia yaitu
membantu orang lain. Aku mulai tersadar tentang pentingnya sebuah cita-cita.
Mahasiswa oh
mahasiswa.....Status yang berharga di masyarakat. Tapi kepedulianmu sangat
kurang. Kurang tanggap wacana dan kurang aksi. Setidaknya mahasiswa itu harus
terjun ke masyarakat. Bukan hanya jadi KUPU-KUPU (Kuliah Pulang,
Kuliah-Pulang), atau KUNANG-KUNANG (Kuliah Senang Senang-Kuliah Senang Senang).
Lebih parahnya lagi menjadi KUMAN (Kuliah Manja). Maunya dituruti apa maunya
tanpa melihat kondisi. Jadilah mahasiswa yang peka terhadap lingkungan.
Aktivitas dari bangun tidur
hingga sebelum tidur itu jangan hindari bermasyarakat. Karna kita ini hidup
bermasyarakat. Entah masyarakat di lingkungan tempat tinggal, kampus, bahkan
kos. Teringat kata-kata tentang “Tetangga adalah saudara terdekat saat kau
mengalami musibah”. Jadi, baik-baiklah dengan tetangga. Ternyata
menurut penelitian, lingkungan pergaulan itu menentukan prestasi loh. Gak
percaya, buktikan aja.
Kalian mau jadi Insinyur,
Dokter, Pengusaha, Guru, bahkan Profesor, tapi ingatlah tentang nasib orang
kecil di sekitar kita. Mereka kaum tertindas yang terlupakan oleh pemerintah.
Kitalah yang bertugas mengingatkan mereka dengan masuk ke bidang-bidang
Pemerintah yang kita sukai untuk kepentingan rakyat. Kalau tidak mau jadi
pegawai, jadi pengusaha yang berpihak pada rakyat kecil.
Menjadi seorang guru itu lebih
mulia loh. Apalagi di waktu sore bisa memberikan les gratis bagi warga miskin. Mengajari
mereka cara belajar yang baik dan berbisnis, itu lebih mulia lagi. Belajar sambil berbisnis.
Wuih....mantap sekali ya....Jadi, kita bisa menerapkan salah satu dari 3 amal
yang tak putus, yaitu Ilmu yang
Bermanfaat. Wuah....udah di sayang tetangga sekitar, dapat pahala pula.
Jangan remehkan tentang sebuah
cita-cita ya...Ibarat kata “Bermimpi besarlah untuk mewujudkan
cita-citamu”.Aku pernah mengikuti training motivasi. Trik untuk sukses
salah satunya kita tuliskan impian-impian kita di tempat yang bisa dilihat
kita, kalau perlu dibingkai saja biar kita yakin dengan target yang ada dalam
bingkai itu.
Kita jangan bangga dengan apa
yang kita punya sekarang, karena itu semua milik ALLOH semata. Suatu saat hilang juga, tinggal menunggu waktu saja.
Selamat berjuang menjadi yang
terbaik, sahabatku....
Komentar