Arti Sebuah Nilai
Hari
itu adalah hari yang mendebarkan bagi mahasiswa. Banyak yang meluangkan waktu
sejenak dari liburan panjangnya hanya untuk mengambil secarik kertas putih yang
ditulis dengan tinta hitam nan rapi. Mereka berbondong-bondong ke kampus agar
mendapatkan secarik kertas itu paling awal.
Desak-desakkan
dan budaya kurang tertib telah membudaya dikalangan mahasiswa. Apalagi jika
petugasnya hanya seorang saja dengan melayani ratusan mahasiswa. Ditambah riuh
suasana dan ribetnya proses pengambilan secarik kertas itu. Huh, semakin
menambah panas hati dan panas fisik saja.
Mereka
menerima 4 lembar kertas, kertas putih untuk sendiri, kertas kuning untuk orang
tua, kertas merah muda untuk dosen pembimbing, dan kertas hijau untuk fakultas.
Kelihatan jelas raut wajah mereka
setelah memandangi apa yang tertera dalam secarik kertas itu. Ada yang teriak kegirangan,
ada pula yang menangis. Jika nilai jelek, mereka cemas dengan kertas kuning
itu. Apa kata orang tua jika apa yang telah ditempuh tak sesuai target. Itulah
fenomena pengambilan Kartu Hasil Studi.
Beberapa
waktu lalu aku menjumpai adik kelasku yang sedang galau dengan nilai-nilainya. Dia
curhat kepadaku. “Harusnya aku bulan ini udah PKL (Praktik Kerja Lapangan)
mbak, tapi SKSku lum cukup karna nilai-nilaiku jelek”. Ada lagi yang curhat,
“Aku lum bisa ambil penelitian, karna aku lum ambil matkul metopen…gimana
donk???”…”Aiih….nilai-nilaiku kok jelek-jelek amat ya?? Padahal, aku udah
belajar semaksimal mungkin”…
Mahasiswa
yang lulus 3,5 - 4 tahun itu dianggap mahasiswa pintar. Apalagi ditambah dengan
IPK cumlaude. Banyak orang yang memuji kehebatan mahasiswa itu. Hingga saat
wisuda, tempat mereka terpisah dari barisan sarjana dengan IPK pas-pasan. Sebegitu sucikah arti sebuah nilai di
kalangan masyarakat???
Banyak
mahasiswa yang hanya mementingkan IPK semata, mereka hanya fokus pada kuliah
saja tanpa mengimbangi dengan berorganisasi. Makanya ada istilah Kupu-Kupu (Kuliah Pustaka), karna
ngebetnya mahasiswa yang ingin mendapatkan IPK cumlaude. Puluhan buku dilahap
habis tiap bulan demi mendapatkan informasi tanpa memikirkan hal lainnya. Semua
demi IPK cumlaude.
Nilai
merupakan hal yang amat suci yang selalu dikejar-kejar oleh sebagian besar
mahasiswa. Walau ada juga yang tidak peduli dengan nilai-nilai mereka. Bahkan
banyak mahasiswa yang minta remidi hanya untuk mengejar nilai semata. Begitu puaskah jika kita mendapatkan nilai
A yang tidak sebanding dengan pengetahuan kita????
Nilai
itu memang penting di kalangan akademik. Nilai menjadi tolok ukur kecerdasan
kita dalam mereview apa yang telah di dapatkan selama satu semester. Nilai
penting dalam hal kelulusan. Apakah kita siap lulus dengan nilai segitu??? Begitulah
pertanyaan salah seorang kawan yang hendak lulus. Karna banyak perusahaan entah
itu negeri atau swasta juga menuntut nilai lebih.
IPK
ini menjadi acuan pertama dalam syarat diterima oleh sebuah perusahaan.
Perusahaan bonafide akan mematok IPK tinggi. .Bagi mahasiswa dengan IPK
pas-pasan ini menjadi gawat karna tidak sebanding dengan IPK mereka. Ada juga
yang mematok IPK tidak terlalu tinggi asalkan ada pengalaman kerja sesuai di
bidangnya.
Hmmm…..menurut
penelitian terbaru, IPK pas-pasan tidak bermasalah, asalkan softskill bagus. Perusahaan
juga menyadari akan pentingnya softskill. Tahap awal seleksi perusahaan, kita
akan menjumpai Training. Di situlah ajang asah kemampuan kita dalam tim.
Menurut
Anthony Dio Martin, dalam artikelnya "Meningkatkan Keuntungan perusahaan
Dengan Meningkatkan EQ Para Manager", banyak CEO (chief executive officer) perusahaan besar dan kecil yang memiliki EQ
sangat rendah. Saat ini bukan hanya IQ yang penting, namun EQ lah yang harus
mendominasi.
Ingatlah
kawan, mari asah kemampuan softskill kita dalam organisasi. Disitulah kita akan
menjumpai kerja tim dan manajemen waktu. Jika kita berhasil melewati itu, maka
pintu gerbang menuju karier yang sesungguhnya akan terbuka lebar.
Perlu
diingat juga, jangan terlalu banyak organisasi yang digeluti, takutnya akan
mengganggu konsentrasi saat menempuh kuliah. Cukup 2 saja, 1 organisasi intra
kampus dan 1 organisasi ekstra kampus. Jika sudah tidak sibuk kuliah, barulah
bisa menambah 1 kesibukan lagi dengan magang atau bisnis.
Berfikir
kritislah wahai mahasiswa!!! Jangan pentingkan IPK saja. Kita ini agent of change, iron stock, dan membela nilai-nilai yang benar. Jika kalian diam
melihat kaum tertindas, berarti nurani kalian dipertanyakan. Lihatlah
kanan-kirimu dahulu sebelum kau melihat terlalu jauh.
Komentar